JAKARTA, INFOBRAND.ID – Bagi para marketers, tentunya istilah Rebranding sudah tak asing lagi di telinga mereka. Meski begitu, tak sedikit juga para pelaku bisnis yang masih awam dengan istilah tersebut, terutama mereka yang masih menjalankan bisnisnya dengan cara konvensional.
Sobat brand, setiap pebisnis tentunya ingin agar bisnis yang dijalankannya bisa sukses dan berkembang. Tapi pada kenyataannya, tidak semua pebisnis mau atau berani melangkah untuk mengambil peluang perbaikan dari bisnis itu sendiri.
Lantas, apa hubungannya dengan Rebranding?
Istilah Rebranding umumnya dikaitkan dengan strategi perusahaan untuk memperoleh peluang keuntungan atau pasar yang lebih besar. Tetapi sebenarnya, Rebranding bisa dilakukan terhadap apa saja yang diyakini dapat membawa perubahan positif dan tentunya menguntungkan.
Apakah Rebranding itu perlu?
Jawabannya iya. Karena segala sesuatu dapat usang seiring dengan berjalannya waktu. Untuk itu diperlukan adanya perubahan. Jadi, Rebranding merupakan langkah perubahan yang diambil oleh brand/produk/perusahaan untuk mengikuti perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal maupun internal bisnis.
Meski begitu, masih banyak masyarakat yang salah kaprah dengan istilah Rebranding yang disebut-sebut mengganti logo. Perlu dicatat bahwa Rebranding bukan hanya sekadar mengganti logo perusahaan atau hanya sekadar mengganti desain visual saja. Tapi lebih kepada perubahan secara keseluruhan.
Contohnya TVRI dengan logo barunya yang dirilis pada Maret 2019 lalu. Dimana logo baru tersebut merupakan logo TVRI yang kedelapan kalinya sejak pertama kali didirikan pada tahun 1962 silam. Rebranding ini bukan hanya dari segi logo saja, tapi juga dari segi konten. Meski begitu, masih tetap mempertahankan beberapa ciri khasnya yaitu sebagai televisi yang memberikan pendidikan kebudayaan bagi masyarakat indonesia.
Kemudian kita ambil contoh sebuah bank yang sudah lama berdiri telah mengganti logo dan penampilan visual perusahaannya, tapi pelayanannya masih sama dengan yang lama atau kurang ramah dengan nasabahnya, maka boleh dikatakan aktivitas Rebranding yang dilakukan telah gagal.
Lalu kapan waktu yang tepat untuk Rebranding?
Ada beberapa kondisi yang dapat menjadi indikator dibutuhkannya langkah Rebranding. Apa saja?
Perubahan waktu, tren dan preferensi
Sebagian besar brand internasional melakukan rebranding pada periode yang sudah ditetapkan, dan berbeda antara satu produk dengan produk yang lain. Lamanya periode tentu harus dicari tahu dari tren dan perkembangan pasar ataupun market research yang dilakukan. Berapa lama konsumen akan merasa jenuh dan membutuhkan perubahan.
Adanya pergantian manajemen/strategi besar perusahaan
Perubahan besar yang terjadi di suatu perusahaan, seperti pergantian kepemimpinan atau merger atau dibelinya suatu perusahaan antara pihak lain, menjadi salah satu alasan kuat untuk melakukan Rebranding. Karena biasanya perubahan tersebut berimbas pada perubahan strategi maupun konsep produk, hingga pada konsep komunikasi itu sendiri. Momen ini menjadi momen yang penting bari produk/perusahaan untuk menciptakan image baru kepada masyarakat.
Adanya permasalahan/isu negatif yang menimpa brand
Salah satu strategi untuk mengembalikan nama baik suatu produk/perusahaan adalah dengan melakukan Rebranding, namun seperti yang tadi disebutkan bahwa Rebranding secara visual harus dilengkapi dengan perubahan menyeluruh dari hal negatif yang awalnya melekat pada image yang lama. Wajah baru dan bentuk komunikasi yang baru menjadi awal permulaan “berbaikan” dengan para konsumen.
Perubahan pada fokus perusahaan/brand
Seiring waktu fokus sebuah perusahaan atau brand seringkali bergeser ke arah yang lain. Dulu sebelum fokus pada bisnis telekomunikasi, Nokia adalah perusahaan yang bergerak dalam industri ban mobil. Lalu beralih menjadi merek kabel dan TV, hingga lahirlah Nokia Corporation
So… apakah brand anda butuh Rebranding?