JAKARTA, INFOBRAND.ID - Pandemi Covid-19 memang telah membawa perubahan dalam berbagai aspek bisinis. Namun demikian, dalam membangun brand awareness, secara umum prinsip customer centricity masih tetap dijalankan. Yaitu perusahaan perlu mengerti secara mendalam dan holistik, seperti apa customer journey seorang konsumen dalam pembelian dan konsumsi produk tertentu.
Amalia E Maulana, Direktur Etnomark Consulting mengatakan, di masa pandemi ini yang menjadi kesulitan konsumen adalah mobilitas. Tidak bisa lagi sebebas dahulu dalam menjangkau lokasi belanja baik supermarket maupun toko-toko, tempat makan dan restoran. Karena itu, belanja online merupakan solusi yang mudah bagi konsumen, dalam keterbatasan tersebut.
“Pada saat produk tersebut sebelumnya sudah dikenal brandnya (awareness tinggi), dimengerti (brand knowledge bagus) apalagi sudah pernah dibeli, maka produk dengan brand tersebut menjadi punya keuntungan. Konsumen hanya memindahkan cara beli nya saja, dari offline berbelanja langsung di lokasi, menjadi belanja online,” jelas Amalia E Maulana.
IKLAN INFOBRAND.ID
Menurut Amalia bagi brand yang belum dikenal, baik itu produk lama namun belum berhasil secara pemasarannya, dan juga produk baru, maka ini hal terberat. Mulai dari awal usahanya, membangun awareness, knowledge dan preference butuh waktu, dan kadang di dalam situasi belanja online, konsumen lebih mengandalkan pemahamannya sendiri untuk menentukan brand mana yang akan dipilih.
Lebih lanjut Amalia menjelaskan merek baru membutuhkan afiliasi dengan brand lain yang sudah lebih dahulu dikenal, misalnya dengan menggunakan endorser. Seorang endorser yang sudah lebih dahulu dikenal, akan menjadi kunci keberhasilan dalam membangun trust konsumen.
Produk yang digunakan oleh endorser menjadi sebuah jaminan bahwa produk ini telah teruji dan jaminan kepuasan. Karena itu kalau kita perhatikan banyak sekali produk di era pandemi ini yang menggunakan jasa endoser dengan alasan tersebut. Endorser tidak terlalu efektif bagi produk yang sudah lebih dulu dikenal dan dipercaya, karena mereka sudah mempunyai basis kepercayaan yang kuat.
Presentasi produk dalam kemasan juga menjadi lebih menentukan kesan yang ditangkap oleh konsumen, lebih dari sebelumnya, di masa sebelum pandemi. Pertemuan pertama dengan brand yaitu first moment of truth bisa jadi melalui impresi kemasannya. Kemasan yang dipikirkan secara baik, mengantarkan produk ke tangan konsumen dengan ‘selamat’ dan memberikan kepuasan tersendiri.
Memang apabila kemasan nya terlalu mewah dan dianggap tidak diperlukan, maka produsen dianggap tidak empati pada kesulitan konsumen masa pandemi. Karena itu, kemasan di masa pandemi perlu difokuskan lebih kepada fungsional bukan keindahan semata, dengan pertimbangan harga yang perlu ditanggung oleh konsumen.
IKLAN INFOBRAND.ID
Terakhir, masalah kecepatan pengantaran yang bervariasi dari instant, hari yang sama, besok, 2-4 hari bahkan tidak perlu membayar namun tidak ada batasan waktu, ini semua merupakan variable penting bagi kepuasan pelanggan. Apabila sudah disepakati bahwa barang akan tiba di saat yang sudah dijanjikan, maka di masa pandemi ini, konsumen menjadi lebih kritikal saat dia mendapati bahwa produsen seenaknya saja dalam mengirimkan produknya.(Alvin Ardian)
