Bio Farma menjadi tuan rumah acara Workshop Cold Chain Management System untuk negara – negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI), yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 1 – 2 Oktober 2019.
Dilkutip dari laman resmi Bio Farma, acara ini bertujuan untuk berbagi pengalaman dan keahlian juga melebar jejaring baik untuk penelitian, pemasaran, dan melihat simulasi pendistribusian vaksin di Indonesia. Selain itu kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari diresmikannya Indonesia menjadi Center of Excellence dalam bidang bioteknologi dan vaksin pada Desember 2017 yang lalu.
Sebelum bertolak ke Bandung, Sebanyak 45 peserta dari 16 negara diterima oleh Menteri Kesehatan RI Nilla F Moelek di Jakarta. Dalam sambutannya Menkes mengatakan, saat ini, kesehatan global menjadi lebih menantang dari sebelumnya, seperti peningkatan risiko patogen, infeksius penularan penyakit dari hewan ke manusia, resistensi antimikroba, peningkatan mobilitas global ,penyebaran penyakit menular.
Akses untuk mendapatkan kesehatan seperti vaksin dan obat – obatan, dan produk kesehatan lainnya, termasuk produk bioteknologi menjadi bagian penting untuk menjawab tantangan kesehatan global. Namun demikian, Negara-negara Anggota OKI masih tertinggal jauh dalam produksi vaksin.
“Indonesia ingin mengegaskan kembali komitmen sebagai Center of Excellence untuk produk Bioteknologi dan Vaksin untuk negara OKI, akan terus mendukung negara-negara anggota dalam upaya mereka menangani wabah terus-menerus dan prevalensi tinggi dari berbagai penyakit menular yang telah diberantas di tempat lain. Sebagai bagian dari komitmen itu, workshop ini akan memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi semua peserta, termasuk untuk Indonesia”, ujar Nilla
Sementara itu, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menyebut workshop ini merupakan salah satu bentuk global trust untuk industri farmasi di Indonesiayang dinilai maju dalam bidang bioteknologi dan vaksin.
“Kita selayaknya bangga menjadi bangsa Indonesia, karena memiliki industri farmasi khususnya bioteknologi yang maju, dan akan menjadi rujukan bagi negara lain khususnya yang tergabung dalam negara OKI, untuk menghasilkan vaksin dari hulu hingga ke hilir. Kami akan memberikan pelatihan-pelatihan terkait memproduksi vaksin, sehingga di masa yang akan datang, mereka bisa mandiri untuk memproduksi bioteknologi khususnya vaksin”, tutur Honesti.
Pada kesempatan yang sama, OIC Vaccine Manufacturer Group (VMG) Vice Chairman sekaligus Direktur Operasi Bio Farma, M. Rahman Roestan mengatakan, workshop ini berguna untuk menemukan potensi-potensi peneliti, khususnya yang berasal dari anggota OKI.
“Untuk menemukan vaksin jenis baru, dibutuhkan waktu yang cukup lama, antara 10 – 20 tahun. Dengan kolaborasi antara negara OKI, kami berharap penyakit – penyakit yang vaksinnya belum ditemukan seperti malaria, HIV, demam berdarah, dan ebola, dapat segera ditemukan, sehingga produk yang masih dalam tahap penelitian tersebut, dapat langsung diterima / digunakan oleh negara-negara OKI yang membutuhkan “, ujar Rahman.
Sebelumnya, pada 2018, Bio Farma sudah menjalin kerja sama riset dan pengembangan dengan Tunisia, kerja sama produksi dengan Kerajaan Saudi, pasokan produk ke negara-negara OKI, seperti Maroko, Tunisia, termasuk Saudi dan negara Teluk lainnya.