INFOBRAND.ID- Tahun 2023, para ekonom global memprediksikan perekonomian dunia terancam alami krisis, bahkan dapat menuju resesi. Kebijakan suku bunga tinggi di berbagai negara maju, khususnya Amerika Serikat, angka pengangguran yang akan naik, pertumbuhan ekonomi yang minim, krisis pangan, energi dan perang, akan menjadi pemicu semua itu.
Seminar yang di gelar INFOBRAND Forum pada 18 Januari 2023 bertempat di Gedung Ballroom Hotel Sultan, Jakarta itu menghadirkan beberapa pakar praktisi di bidang ekonomi, marketing, brand, bisnis, inovasi, komunikasi, CSR, dan digital.
Prof. Ir. Roy H.M. Sembel, MBA Guru Besar Guru Besar IPMI Business School membawakan seminar dengan topik "Critical Thinking in Economic Crisis". Isu resesi dunia berhembus semakin kencang belakangan ini. Inflasi tinggi melanda berbagai negara membuat bank sentralnya agresif menaikkan suku bunga.
“Isu resesi di dunia dimulai dari Covid 19, Perang Rusia-Ukraina, tapi kalau di Indonesia justru banyak ada kabar baiknya, isu krisis itu dari mana sih?, nah kalau kita lihat critical thinking orang menyalahkan lingkungan, atau sumbernya bisa dari kita sendiri,” imbuh Roy.
Krisis dan resesi ekonomi telah membuat banyak bisnis ‘memencet tombol Reset’ untuk mengatur ulang bisnisnya. Inovasi digital dan teknologi lain untuk menyesuaikan bisnis menghadapi situasi normal baru yang banyak berbeda dengan situasi normal sebelumnya terus berlanjut.
Banyak orang dan bisnis mulai beradaptasi dengan gaya hidup baru yang lebih sehat dan cara berbisnis baru yang lebih efisien. Kebangkitan atau revival ekonomi tinggal menunggu waktu karena prosesnya sudah berjalan. Pendeknya situasi bisa diringkas menjadi Recession 2020 Reset 2020/2021 Revival 2021. COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) yang menyebabkan krisis global dan resesi ekonomi 2020 akan segera dibalik menjadi DIVOC-21 di tahun 2021.
DIVOC merupakan singkatan dari Determination, Innovation, Versatility, Omnipotent, Collaboration. Maksudnya, dengan niat kesungguhan dan keuletan (Determination), kita galang inovasi (Innovation) untuk bisa meningkatkan kemampuan dan kecepatan beradaptasi (Versatility) dalam situasi baru, memanfaatkan semua kesempatan potensial (Omnipotent) yang telah ada sebelumnya dan yang baru muncul dalam situasi normal baru. Kita jalankan seuma itu dengan menjalin kerjasama (Collaboration) ,bersinergi menciptakan nilai tambah baru yang berkelanjutan di tahun berikutnya.
“Dengan demikian diharapkan agar bisa survive pada krisis, jika tidak ada krisis kita bisa dapat opportunity dan juga target-target perusahaan nya bisa tercapai reasaneble, karena adanya penempatan tujuan riset yang masuk akal dan juga pencapaian nya dilakukan secara baik,” jelas Roy Sembel.
Menurutnya perlu adanya prepare for the worst jelas tetap penting untuk dilakukan oleh emiten dan dunia usaha secara keseluruhan. Perusahaan harus mencermati perubahan perilaku konsumen, gaya hidup konsumen yang berdampak terhadap produk dan jasa permintaan dari customer. Untuk itu diperlukan kolaborasi dan melihat dari kacamata customer butuh solusi seperti apa, untuk bisa dipenuhi bersama-sama.