Perspektif Kritis dalam Menghadapi Ekonomi 2025
Posted by: Alvin Pratama | 12-02-2025 16:52 WIB | 1354 views

INFOBRAND.ID-Krisis ekonomi telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi berbagai negara, termasuk Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir. Dampak pandemi, ketidakstabilan geopolitik, hingga perubahan iklim telah menciptakan tekanan yang signifikan terhadap perekonomian global. Memasuki tahun 2025, tantangan ini diprediksi masih akan berlanjut. Namun, di tengah krisis ini, terdapat peluang besar bagi Indonesia untuk bangkit dan menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Roy Sambel, pakar ekonomi dari International School of Business, membahas mengenai Critical Thinking in Economic Crisis". Isu ini tidak hanya membahas tantangan, tetapi juga peluang besar yang bisa dimanfaatkan di tengah situasi krisis ekonomi.
Menurutnya dengan menyoroti berbagai isu global yang memengaruhi perekonomian, seperti dampak pandemi COVID-19, disrupsi digital, hingga konflik geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina. Namun, menurutnya, krisis tidak hanya tentang bahaya (dangerous), tetapi juga peluang (opportunity). Ia menyebutkan, "Di balik setiap krisis, terdapat kesempatan besar bagi mereka yang mampu mengubah mindset dan melihat peluang dengan lebih kritis."
Roy menegaskan bahwa perekonomian Indonesia memiliki fondasi yang cukup kuat untuk bertahan dan berkembang dalam jangka panjang. Data yang disampaikan menunjukkan bahwa GDP per kapita Indonesia kini berada di atas USD 4.000, menjadikan negara ini masuk ke dalam kategori kelas menengah.
Lebih jauh, ia memprediksi bahwa pada 2038, GDP Indonesia dapat mencapai level yang setara dengan Jepang pada 2010, menjadikan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi global. “Kunci dari pertumbuhan ini terletak pada kemampuan kita untuk memanfaatkan digitalisasi, memperkuat sektor infrastruktur, dan menerapkan konsep keberlanjutan seperti ESG (Environment, Social, Governance),” tambahnya.
Dalam rangka menghadapi tantangan yang ada, Profesor Roy memberikan beberapa langkah strategis untuk para pelaku bisnis yakni dengan mengubah Mindset: Bisnis perlu meninggalkan cara berpikir lama dan membuka diri terhadap perubahan. Ia mengutip buku Who Moved My Cheese? yang menekankan pentingnya mencari peluang baru saat kondisi berubah. Klarifikasi Tujuan: Fokus pada value creation bagi investor dan stakeholder. Bisnis harus tetap menghasilkan profit yang rasional sekaligus bertanggung jawab. Cek Relevansi Strategi: Evaluasi asumsi dan strategi yang digunakan, apakah masih relevan atau perlu disesuaikan dengan kondisi terkini.
Kolaborasi dalam Ekosistem: Ia menekankan pentingnya membangun ekosistem yang mendukung kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan solusi yang lebih komprehensif bagi pelanggan.
Roy juga menyoroti perkembangan pesat digitalisasi di Indonesia. Dengan penetrasi perangkat seluler yang telah mencapai 130% dari populasi, ia melihat potensi besar dalam ekonomi digital.
"Bisnis digital adalah salah satu sektor yang akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan," ujarnya.
Ia menambahkan, bisnis yang mengintegrasikan prinsip ESG dalam strategi mereka cenderung memiliki pertumbuhan yang lebih baik, baik dari segi pendapatan (topline growth) maupun efisiensi biaya (cost reduction).
Roy mengingatkan para peserta untuk terus berpikir kritis dan melihat peluang di tengah tantangan. “Kesuksesan bukan hanya tentang aktivitas saat ini, tetapi juga tentang warisan (legacy) yang kita tinggalkan. Dengan mindset yang tepat dan strategi kolaboratif, kita dapat menghadapi masa depan dengan optimisme.”
Dengan optimisme dan strategi yang tepat, Outlook 2025 bagi perekonomian Indonesia diproyeksikan akan menjadi era penuh peluang, membawa negara ini menuju pencapaian ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Baca berita lainnya di Google News