JAKARTA, INFOBRAND.ID - Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek merupakan salah satu proyek strategis yang dikerjakan pemerintah sejak pertengahan 2017.
Dalam pengerjaan konstruksinya, kolaborasi yang dilakukan PT Waskita Karya (Persero) Tbk dan PT Acset Indonusa Tbk, anak usaha PT Astra International Tbk. berhasil menyelesaikan pembangunan tol tersebut kurang dari tiga tahun.
Pengerjaan proyek tol tersebut menggunakan metode Sosro Bahu. Teknologi karya anak bangsa itu memungkinkan pengerjaan tol dengan minim gangguan, sehingga pengguna tol di bawah bisa tetap berjalan di tengah proses pembangunan.
Selama pembangunan, pengguna tol Jakarta-Cikampek existing memang merasakan kemacetan karena pengerjaan mengambil sebagian lajur. Meski begitu, kontraktor melebarkan jalan untuk meminimalisir kemacetan dampak dari pengerjaan proyek. Proses pengerjaan itu memang sangat rawan macet. Apalagi, ada dua proyek lain yang secara paralel dikerjakan yaitu LRT Jabodebek dan kereta cepat Jakarta-Bandung.
Bicara soal teknologi yang digunakan yakni Sosro Bahu, sejatinya bukan barang baru, teknologi serupa pernah diterapkan saat pembangunan tol layang Cawang-Tanjung Priok. Namun, tol layang Jakarta-Cikampek menjadi tol layang pertama di Indonesia yang menggunakan baja. Penggunaan komponen baja mencapai 40% dari total panjang tol.
Proyek yang menelan biaya konstruksi hingga Rp11 triliun tersebut menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) dengan jaminan dari pemerintah.
Pemerintah juga memberikan masa konsesi atas proyek tersebut selama 45 tahun kepada Jasa Marga. Masa konsesi tersebut terhitung sejak perjanjian pengusahaan jalan tol (PPJT) ditandatangani pada 2016 lalu.
Kini, presiden Jokowi telah meresmikan Tol Layang Jakarta-Cikampek pada Kamis (12/12) kemarin dan akan mulai dioperasikan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk akhir pekan ini. BUMN konstruksi ini telah membentuk anak usaha yang bernama PT Jasamarga Jalan Layang Cikampek (JJC).