JAKARTA, INFOBRAND.ID – Madu telah digunakan sebagai obat tradisional sejak zaman dulu karena mengandung berbagai manfaat bagi kesehatan. Beragam khasiat madu boleh dibilang sudah bukan lagi menjadi rahasia umum. Bahkan beragam produk kecantikan dan obat-obatan juga kini telah memakai madu sebagai bahan dasarnya. Madu juga kerap dijadikan bahan campuran di beberapa makanan dan minuman.
Madu memiliki rasa manis yang khas karena mengandung unsur monosakarida fruktosa dan glukosa yang lebih baik ketimbang gula. Madu mengandung kalori gula yang dapat menyerap lemak dengan baik, terutama apabila dikonsumsi bersamaan dengan air hangat.
Meski memiliki banyak manfaat, tapi nyatanya konsumsi madu di Indonesia baru mencapai 10-15 gram/kapita/tahun. Penyebab rendahnya konsumsi madu Indonesia antara lain yakni madu hanya dikonsumsi sebagai suplemen; harga madu asli relatif mahal, daya beli kurang, dan rendahnya pengetahuan tentang madu. Demikian data yang dirilis Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, konsumsi madu di Indonesia tentunya paling kecil. Misalnya di Jepang, konsumsi madunya mencapai 200-300 gram/kapita/tahun atau paling tinggi di negara-negara Asia. Di Eropa, terutama Swiss dan Jerman konsumsinya lebih tinggi, yaitu 800-1500 gram/kapita/tahun. Di Inggris, Amerika Serikat, dan Perancis konsumsi madu bahkan telah mencapai 1000 -1600 gram/kapita/tahun.
Bahkan data Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) melaporkan bahwa angka konsumsi madu Indonesia berkisar 7.000 - 15.000 ton per tahun. Padahal, produksi madu lokal Indonesia saat ini baru mencapai 4.000 - 5.000 ton per tahun, yang berarti Indonesia kekurangan produksi madu lokal sebanyak 3.500-11.000 ton/tahun.
Meski begitu, merek-merek madu di Indonesia sudah cukup populer, khususnya di dunia digital yang memang sudah memasuki eranya. TRAS N CO Indonesia melakukan survei Indonesia Digital Popular Brand Index untuk kategori “Madu” dan hasilnya ada sekitar 11 merek madu yang terbilang cukup populer di dunia digital. Apa saja?
Madu TJ (Tresno Joyo) berada di posisi teratas dengan index mencapai 32,66% yang kemudian disusul oleh Madurasa dengan index 18,12%. Sementara Madu Nusantasa menempati posisi ketiga dengan index 12,19%.
Di posisi 4 hingga 11 masing-masing ditempati oleh merek Madu Queen Bee, Madu Al-Shifa, Malika Madu, Madu Anak Antariksa, Multi Sari Madu, Langnese Madu, Flora Madu Hutan Tropis dan Ratu Madu.
Sebagai informasi, Madu TJ sendiri telah mengembangkan jalur pemasarannya melalui kanal digital sejak 2013 lalu. Hal ini cukup beralasan mengingat preferensi konsumen saat ini telah bergeser pada layanan digital.
Dalam dunia digital sendiri, Madu TJ terus berusaha mendekatkan diri ke konsumen melalui beberapa sisi. Dari segi branding dan komunikasi misalnya, Madu TJ membangun komunikasi dengan konsumennya melalui channel sosial media seperti Instagram, Facebook dan Youtube. Sementara dari segi pemasaran, Madu TJ hadir di dalam marketplace seperti Tokopedia, Shopee dan Lazada.
Strategi utama Madu TJ adalah menciptakan trust dengan memberikan informasi yang tepat dan benar sesuai dengan kebutuhan konsumen di media online. Tujuannya, agar tercipta komunikasi dua arah antara konsumen dengan pemegang brand yang saat ini mudah dilakukan melalui media digital. Tentu saja, dampaknya akan menciptakan citra positif dan kepercayaan konsumen.